Tuesday, February 4, 2014

Upacara Adat Pengantin Jawa (vendor: Ibu Lamijo, Bogor)

Good Morning good people :)

Gw mau coba share tentang upacara daat pengantin jawa yang dijalankan pas nikahan gw tanggal 10 Januari lalu. Untuk upcara adat ini keluarga memakai jasa Ibu Lamijo (yang juga jadi MUA pas hari akad gw). Nah, jujur aja nih, gw ga terlalu apal arti dari masing-masing prosesi *orang Jawa macam apa gw* *nangis*
Jadi ini gw menemukan beberapa  yang ngasih cukup informasi tentang upacara dat Jawa. Ini gw share upacara yang gw pake ya, ada beberapa yang ga gw pake seperti midodareni (karena gw nikah di hari yang sama dengan siraman) sama paes (karena gw pake jilbab dan memutuskan ga pake paes, walaupun katanya bisa dimodifikasi :D) :

1. Serah-Serahan
Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertntu kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat keperluan 'tukar cincin'.
Nah untuk serah-serahan ini gw ga terlalu pake sih, jadi waktu itu keluarga si Mas dateng lamaran dengan bawa kue dan buah, tapi yang pasti sih bawa pisang raja, katanya kalo orang Jawa pisang raja gitu, bener ga? hehe.. Gw juga ga pake tuker cincin, soalnya kita mau tuker cincin nya pas nikahan aja. Nah serah-serahan yang akhirnya kita lakuin ya sebelum akad dimulai, bawaan si Mas waktu itu hampir sama lah kaya seserahan pada umumnya, cuma waktu itu ada tambahan kain untuk Mbah gw. Katanya sih tradisinya kalau nenek/kakek mempelai wanita masih ada, harus dikasih kain dari mempelai laki-laki :)
2. Pingitan
Saat-saat menjelang perkawinan, bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan' atau 'sengkeran' selama lima hari, yang ada pada perkembangan selanjutnya hanya cukup tiga hari saja. Selama itu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula berpuasa. Tujuannya agar pada saat jadi pengantin nanti, mempelai putri tampil cantik sehingga membuat pangling orang yang menyaksikannya.
Waktu gw sih pingitannya emang 5 hari, tapi gw tetep keluar rumah sih, yang ga keluar rumah cuma 2 hari aja, tapi selama 5 hari itu ya bener-bener ga ketemu si Mas, hehe.. Terus gw juga ga puasa, hehe.. Pas pingitan ini selain dilulur, alis gw juga dikerik *noooooooo* sebagai cewe yang jarang make up dan alisnya ga pernah diapa-apain seumur hidup, proses kerik ini adalah proses yang bikin gw stress berat *halah* soalnya yang gw pikirin ini alis gw apa kabar abis ini? gw bakal keliatan kaya gimana abis ini? Dan ternyata abis dikerik alis gw yang biasanya tebel langsung jadi tipis, sedih deh liatnya, ya udah lah ya sekali seumur hidup, huhuhuhu....
3. Pasang Bleketepe/ Tarup dan Tuwuhan
Bleketepe/Tarub dan Tuwuhan

Upacara pasang 'tarub' diawali dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri. Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah.


Hiasan tarub terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang memiliki nilai-nilai simbolik. Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.
4. Siraman

Makna upacara ini, secara simbolis merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin kedua calon mempelai yang dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para pinisepuh. Peralatan yang dibutuhkan, kembang setaman, gayung, air yang diambil dari 7 sumur, kendi dan bokor. Orangtua calon mempelai putri mengambil air dari 7 sumur, lalu dituangkan ke wadah kembang setaman. Orangtua calon mempelai putri mengambil air 7 gayung untuk diserahkan kepada panitia yang akan mengantarnya ke kediaman calon mempelai putra. Upacara ini dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin serta para pini sepuh lalu calon mempelai duduk di tikar pandan. 
Siraman dilakukan pertama kali oleh orangtua calon pengantin, dilanjutkan oleh para pinih sepuh, dan terakhir oleh ibu calon mempelai mempelai putri, menggunakan kendi yang kenudian dipecahkan ke lantai. Selesai siraman, calon mempelai akan digendong ke dalam rumah oleh orang tua mempelai. Lalu dilanjutkan dengan suapan-suapan terakhir orang tua ke calon mempelai.
Nah waktu acara gw sih siraman si mas itu di rumah gw juga (supaya dokumentasinya gampang). Jadi abis siraman gw, trus suapan terakhir, lanjut jumatan, gw di dalem kamar dan si Mas lanjut siraman. Jadi walau di tempat yang sama kita tetep ga ketemuan :p  
Oh iya, setelah siraman ada proses gunting rambut mempelai (dikit aja) yang kemudian rambut itu akan ditanam di depan rumah, kalo gasalah namanya nanem rikmo
5. Dodol Dawet
Prosesi ini melambangkan agar dalam upacara pernikahan yang akan dilangsungkan, diknjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". 'Jual dawet' ini dilakukan dihalaman rumah. Keluarga. kerabat adalah pembeli dengan pembayaran 'kreweng' (pecahan genteng)
Selanjutnya adalah melepas 'ayam dara' diperempatan jalan oleh petugas, serta mengikat 'ayam lancur' dikaki kursi mempelai putri. Ini diartikan sebagai simbol melepas sang putri yang akan mengarungi bahtera perkawinan.

6. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain. Ada yang bilang upacara ini seharusnya dilaksanakan setelahakad nikah, ada juga yang bilang bisa dilaksanakan setelah siraman. Kalo gw sih setelah siraman dan yang dibagi-bagikan itu alat-alat dapur, semuanya dibungkus kertas coklat biar orang-orang ga bisa ngincer dari awal, soalnya ini bakal direbutin gitu, hehe.. Upacara ini seru banget sih, soalnya ada yang mikul alat-alatnya, terus ibu-ibu rebutan alat-alat dapur tadi. Yang menjadi pemikul pas upacara ini waktu gw nikahan itu adeknya si Mas, sabar-sabar ya dek :p 

7. Pernikahan
Pernikahan, merupakan upacara puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai. Bagi pemeluk Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai putri. Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung, mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau 'temu'.


8. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:

Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.

Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.

Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.

Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.

Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.

Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.

Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi.

Sungkeman sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.

Ini foto-foto acara gw ya:
kembar mayang
gantal
ngidak endhog
sindur
timbangan
kacar-kucur
dulangan
sungkeman
That's all for now :D
Semoga membantu para capengs :)

Sumber:
http://www.weddingku.com/traditional/tradition.asp?cat=1&pg=3
http://infopengantin.blogspot.com/2010/03/rangkaian-upacara-adat-pengantin-jawa.html

Love,
Shinta


5 comments:

  1. Halo, mbak Shinta, saya boleh dishare contactnya ibu Lamijo? Terima kasih :)

    ReplyDelete
  2. Haloo mba aku pipit. Boleh saya minya kontaknya ibu lamijo?
    Sitilatifahfitriasari@yahoo.co.id

    ReplyDelete
  3. Mba boleh minta kontaknya ibu lamijo? Makasih mba. Di email ke sitilatifahfitriasari@yahoo.co.id

    ReplyDelete
  4. Hai kak aku mau tanya, itu kaka pas upacara adat masi pake baju pas akad ya ka? Trus setelah upacara adat, kaka ganti baju gak? Kan setau aku, baju pengantin adat jawa identik sama warna hitam gitu ka.. tolong dijawab ya ka.. makasi kak..

    ReplyDelete
  5. Hallo Kaka-kaka Calon Penganten,

    Masih bingung cari gedung pernikahan? Ingin menikah di gedung full carpet dengan fasilitas eksklusif? HIS Kologdam Grand Ballroom Bandung menjawab keinginanmu dengan konsep One Stop Wedding Service dan pilihan vendor-vendor profesional yang akan membuat pernikahanmu semakin berkesan!! Serta kita ada BONUS loooh tanpa diundi!!

    Ingin info lebih lanjut bisa langsung hubungi :
    Rosianti,
    WA ( 085624295686 )
    IG ( rosi.hisbalaisartika )
    E-mail ( rosi.hiscorp@gmail.com )

    ReplyDelete